Versi Teks Naruto Chapter 625
Sebelumnya : Naruto Chapter 624
Hashirama tentu saja kaget ketika mendengar pilihan yang Madara tawarkan. Orang-orang Senju bahkan lebih kaget lagi, dan berkata, "Membunuh adikmu atau membunuh dirimu sendiri, pilihan macam apa itu, hah!?"
Sat! Hashirama memberi aba-aba dengan tangannya supaya mereka diam. Ia ingin memikirkannya sendiri. Tapi, Tobirama tetap berbicara. "Lelaki ini gila." ucapnya. "Apa rencanamu sekarang, kakak?"
"Apa kau akan membunuhku? Atau kau mau bunuh diri seperti omong kosong yang lelaki ini katakan? Bodoh sekali. Jangan dengarkan dia, kakak!"
Tobirama mendesak kakaknya. Tapi secara mengejutkan, Hashirama malah berkata pada madara, "Terimakasih, Madara. Kau memang orang yang simpatik."
Madara memberikan Hashirama dua pilihan, yang artinya ia tak harus membunuh adiknya sendiri. Madara mengerti perasaan seseorang yang memiliki saudara.
"Dengarkan aku, Madara, ini akan menjadi permintaan terakhirku." ucap Hashirama sambil bersiap dengan sebuah kunai di tangannya. Ya. Hashirama melepas jubah perangnya dan akan menusukkan kunai itu ke perutnya sendiri. Hashirama akan bunuh diri.
"Tak hanya dirimu, semua yang ada di klan kita juga harus melakukan hal yang sama. Setelah aku mati, jangan membunuh Madara. Uchiha dan Senju tak boleh saling bertarung satu sama lain lagi. Berjanjilah, demi ayah kalian, dan cucu kalian yang belum lahir. Sampai jumpa..."
Hashirama tersenyum, namun tak bisa ditutupi air matanya metes. Masa-masa yang sempat mereka lalui terlintas, terutama batu yang menjadi tanda pertemuan mereka. Batu yang waktu itu telah mereka buang, secara mengejutkan belum benar-benar terjatuh ke dasar sungai, melainkan masih terapung.
Begitu juga dengan Hashirama kini. Hubungannya dengan Madara yang dia pikir akan segera berakhir, tiba-tiba tersambung kembali. Secara tiba-tiba, Madara memegang tangan Hashirama sesaat sebelum ia menusuk perutnya.
"Sudah cukup. Aku sudah bisa melihat tekadmu..."
Setelah pertempuran yang berlangsung begitu lama, akhirnya Uchiha dan Senju menyatukan kekuatan. Hari itu adalah awal bagi perdamaian antara kedua belah pihak. Bagi Hashirama, hari itu seperti mimpi. Tak akan ada lagi orang yang menjadi korban, tak akan ada lagi anak kecil yang mati...
Setelahnya mereka mulai membangun desa. Kemudiam, mereka juga bekerja sama dengan negara api guna membuat sebuah negara yang damai, yang menganggap negara dan desa berada pada tingkat yang sama. Mimpi sejak kecil Hashirama, akhirnya menjadi kenyataan.
"Apa kau masih ingat?" Hashirama dan Madara dewasa berdiri di puncak bukit batu sambil melihat ke arah desa yang telah mereka bangun. "Saat kita berbicara di sini, saat kita masih anak-anak..."
"Ya.." sahut Madara.
"Kupikir itu hanya mimpi. Aku bisa saja melakukannya kalau aku mau, tapi..."
"Mimpi itu akan menjadi kenyataan." ucap Hashirama. "Kepala shinobi, yang akan melindungi negara api dari bayangan. Hokage ... bagaimana menurutmu?"
"Apa itu?" tanya Madara.
"Negara api meminta agar kita memutuskan seorang pemimpin untuk desa ini. Aku ingin kau menjadi pemimpinnya, menjadi Hokage." ucap Hashirama. "Kau memang sudah tidak memiliki saudara lagi. Tapi, aku ingin kau menganggap semua shinobi yang ada di desa ini sebagai saudaramu. Aku ingin kau menjaga mereka."
"Aku... aku bahkan tak mampu menjaga adikku yang sebenarnya." ucap Madara.
"Ayolah, tak ada waktu untuk menyesali hal itu." ucap Hashirama. "Lalu, selain Uchiha dan Senju, klan Sarutobi dan Shimura juga ingin menjadi rekan kita."
"Mustahil... apa kau serius?"
"Ya. Dan tidak cuma mereka. Selanjutnya desa pasti akan terus tumbuh. Kemudian, kita harus memberi desa ini nama. Apa kau punya ide?"
Madara yang kebetulan sedang membawa daun yang tengahnya berlubang sejenak terdiam. Kemudian melalui lubang di daun itu, ia melihat ke arah desa. Lalu ide muncul, "Desa... yang tersembunyi di balik daun, konoha. Bagaimana menurutmu?"
"..." Hashirama tertunduk suram. "Sederhana sekali... tak ada pelesetannya sama sekali..."
"Hei, istilah Hokage yang kau buat juga sama, kan!?" bentak Madara. "Dan ngomong-ngomong, apa sampai sekarang kau masih suka depresi seperti itu???"
Memang butuh waktu yang lama, tapi saat itu Hashirama merasa kalau pada akhirnya mereka akan bisa menjadi teman yang akrab untuk selamanya.
"Apakah hokage akan selalu berada di desa dan menjaganya?" tanya Madara.
"Ya, tapi tak hanya itu." sahut Hashirama. "Dengan tumbuhnya desa, hokage pasti akan menjadi semakin sibuk. Itulah kenapa aku ingin mengukir wajahmu di batu besar ini, sebagai simbol kalau kau akan selalu melindungi desa."
Hashirama tentu saja kaget ketika mendengar pilihan yang Madara tawarkan. Orang-orang Senju bahkan lebih kaget lagi, dan berkata, "Membunuh adikmu atau membunuh dirimu sendiri, pilihan macam apa itu, hah!?"
Sat! Hashirama memberi aba-aba dengan tangannya supaya mereka diam. Ia ingin memikirkannya sendiri. Tapi, Tobirama tetap berbicara. "Lelaki ini gila." ucapnya. "Apa rencanamu sekarang, kakak?"
"Apa kau akan membunuhku? Atau kau mau bunuh diri seperti omong kosong yang lelaki ini katakan? Bodoh sekali. Jangan dengarkan dia, kakak!"
Tobirama mendesak kakaknya. Tapi secara mengejutkan, Hashirama malah berkata pada madara, "Terimakasih, Madara. Kau memang orang yang simpatik."
Naruto Chapter 625 - Mimpi yang Sebenarnya
Madara memberikan Hashirama dua pilihan, yang artinya ia tak harus membunuh adiknya sendiri. Madara mengerti perasaan seseorang yang memiliki saudara.
"Dengarkan aku, Madara, ini akan menjadi permintaan terakhirku." ucap Hashirama sambil bersiap dengan sebuah kunai di tangannya. Ya. Hashirama melepas jubah perangnya dan akan menusukkan kunai itu ke perutnya sendiri. Hashirama akan bunuh diri.
"Tak hanya dirimu, semua yang ada di klan kita juga harus melakukan hal yang sama. Setelah aku mati, jangan membunuh Madara. Uchiha dan Senju tak boleh saling bertarung satu sama lain lagi. Berjanjilah, demi ayah kalian, dan cucu kalian yang belum lahir. Sampai jumpa..."
Hashirama tersenyum, namun tak bisa ditutupi air matanya metes. Masa-masa yang sempat mereka lalui terlintas, terutama batu yang menjadi tanda pertemuan mereka. Batu yang waktu itu telah mereka buang, secara mengejutkan belum benar-benar terjatuh ke dasar sungai, melainkan masih terapung.
Begitu juga dengan Hashirama kini. Hubungannya dengan Madara yang dia pikir akan segera berakhir, tiba-tiba tersambung kembali. Secara tiba-tiba, Madara memegang tangan Hashirama sesaat sebelum ia menusuk perutnya.
"Sudah cukup. Aku sudah bisa melihat tekadmu..."
Setelah pertempuran yang berlangsung begitu lama, akhirnya Uchiha dan Senju menyatukan kekuatan. Hari itu adalah awal bagi perdamaian antara kedua belah pihak. Bagi Hashirama, hari itu seperti mimpi. Tak akan ada lagi orang yang menjadi korban, tak akan ada lagi anak kecil yang mati...
Setelahnya mereka mulai membangun desa. Kemudiam, mereka juga bekerja sama dengan negara api guna membuat sebuah negara yang damai, yang menganggap negara dan desa berada pada tingkat yang sama. Mimpi sejak kecil Hashirama, akhirnya menjadi kenyataan.
"Apa kau masih ingat?" Hashirama dan Madara dewasa berdiri di puncak bukit batu sambil melihat ke arah desa yang telah mereka bangun. "Saat kita berbicara di sini, saat kita masih anak-anak..."
"Ya.." sahut Madara.
"Kupikir itu hanya mimpi. Aku bisa saja melakukannya kalau aku mau, tapi..."
"Mimpi itu akan menjadi kenyataan." ucap Hashirama. "Kepala shinobi, yang akan melindungi negara api dari bayangan. Hokage ... bagaimana menurutmu?"
"Apa itu?" tanya Madara.
"Negara api meminta agar kita memutuskan seorang pemimpin untuk desa ini. Aku ingin kau menjadi pemimpinnya, menjadi Hokage." ucap Hashirama. "Kau memang sudah tidak memiliki saudara lagi. Tapi, aku ingin kau menganggap semua shinobi yang ada di desa ini sebagai saudaramu. Aku ingin kau menjaga mereka."
"Aku... aku bahkan tak mampu menjaga adikku yang sebenarnya." ucap Madara.
"Ayolah, tak ada waktu untuk menyesali hal itu." ucap Hashirama. "Lalu, selain Uchiha dan Senju, klan Sarutobi dan Shimura juga ingin menjadi rekan kita."
"Mustahil... apa kau serius?"
"Ya. Dan tidak cuma mereka. Selanjutnya desa pasti akan terus tumbuh. Kemudian, kita harus memberi desa ini nama. Apa kau punya ide?"
Madara yang kebetulan sedang membawa daun yang tengahnya berlubang sejenak terdiam. Kemudian melalui lubang di daun itu, ia melihat ke arah desa. Lalu ide muncul, "Desa... yang tersembunyi di balik daun, konoha. Bagaimana menurutmu?"
"..." Hashirama tertunduk suram. "Sederhana sekali... tak ada pelesetannya sama sekali..."
"Hei, istilah Hokage yang kau buat juga sama, kan!?" bentak Madara. "Dan ngomong-ngomong, apa sampai sekarang kau masih suka depresi seperti itu???"
Memang butuh waktu yang lama, tapi saat itu Hashirama merasa kalau pada akhirnya mereka akan bisa menjadi teman yang akrab untuk selamanya.
"Apakah hokage akan selalu berada di desa dan menjaganya?" tanya Madara.
"Ya, tapi tak hanya itu." sahut Hashirama. "Dengan tumbuhnya desa, hokage pasti akan menjadi semakin sibuk. Itulah kenapa aku ingin mengukir wajahmu di batu besar ini, sebagai simbol kalau kau akan selalu melindungi desa."
Selanyutnya>> Versi Teks Naruto Chapter 625 II
Tidak ada komentar:
Posting Komentar